JAKARTA sampai Dalam kontribusi pertamanya untuk keperluan program Riset Kolaboratif Indonesia (RKI), Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) bekerja sejenis dengan dia Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Negeri Malang (UM) bagi mengangkat tema “Rekonstruksi Pengetahuan Radikalisme dan Intoleransi melalui Pendekatan Sosial-Keagamaan di Pendidikan Tinggi.”
Sebagai bagian daripada kegiatannya, UIII telah melakukan kunjungan ke tempat Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial UPI di Bandung pada waktu 27 Mei 2025. Kunjungan tersebut dipimpin oleh Dr. Ridwan berasal dari Fakultas Ilmu Sosial (FOSS), bersama tiga mahasiswa magister—Wildan Rofii, Muhammad Aqshadigrama, dan Muhammed Kawsara Muhammad.
Baca juga: Oksigen di Bumi Menurun Ekstrem, Ilmuwan: Isi Dunia Bakal seperti Ini
Menurut Dosen Tetap Fakultas Ilmu Sosial UIII Ridwan, tim yang ini bertujuan buat mempelajari bagaimana UPI menerapkan model kampus demi menangkal ideologi radikal dan intoleransi, serta untuk keperluan mendapatkan wawasan yang seperti berguna masuk penelitian komparatif.
Melanjutkan temuan awal tersebut, UIII menyelenggarakan diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) pada waktu 28 Mei, yang seperti diikuti oleh peserta asal-usul ketiga universitas tersebut.
“Diskusi yang ini mempertemukan mahasiswa, dosen, dan peneliti demi secara bebas membahas masalah radikalisme dan intoleransi luar lingkungan pendidikan tinggi,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (5/6/2025).
Ridwan menjelaskan, melalui forum ini, para peserta secara kritis merefleksikan tantangan yang tersebut ada dan bersama-sama mencari strategi siapa dapat diterapkan buat menciptakan budaya kampus apa lebih baik inklusif dan toleran.
Sesi dibuka dengan dia serangkaian presentasi ilmiah apa menyajikan perspektif kelembagaan dan empiris terkait topik tersebut. Para pemateri antara lain Prof. Elly Malihah (UPI), Prof. Prof. Dr. Ahmad Munjin Nasih (Universitas Negeri Malang), Prof. Dr. Siti Nurbayani K (UPI), Dr. Ahkmad Mughzi Abdillah (FIS UIII) dan Moh. Zaenal Abidin Eko Putro (Politeknik Negeri Jakarta).
Dipandu oleh tim riset UIII, FGD hal ini membuka kesempatan demi dialog yang seperti mendalam antara dosen, staf, dan mahasiswa. Para peserta berbagi pengalaman pribadi dan pandangan orang-orang itu mengenai radikalisme serta intoleransi keagamaan yang mana ada di kehidupan kampus.
“Diskusi tersebut mengidentifikasi tantangan utama serta peluang bagi menciptakan kembali ruang-ruang pendidikan siapa lebih banyak mendukung keberagaman, inklusi, dan saling menghargai,” tambahnya.
Dengan standar internasional dan keragaman komunitas mahasiswanya, UIII memiliki posisi strategis bagi memberikan pandangan global mengenai isu toleransi beragama.
“Fokus UIII di moderasi beragama dan pembelajaran multikultural memungkinkannya berkontribusi mulia di tingkat lokal maupun global,” lanjutnya.
Melalui program-program seperti RKI yang seperti mendukung penelitian lintas disiplin dan budaya, UIII bertujuan sebagai tujuan meningkatkan kualitas akademik sekaligus memberikan solusi praktis untuk keperluan membangun masyarakat siapa lebih besar inklusif dan damai.
Sebagai bagian daripada kegiatannya, UIII telah melakukan kunjungan ke tempat Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial UPI di Bandung pada waktu 27 Mei 2025. Kunjungan tersebut dipimpin oleh Dr. Ridwan berasal dari Fakultas Ilmu Sosial (FOSS), bersama tiga mahasiswa magister—Wildan Rofii, Muhammad Aqshadigrama, dan Muhammed Kawsara Muhammad.
Baca juga: Oksigen di Bumi Menurun Ekstrem, Ilmuwan: Isi Dunia Bakal seperti Ini
Menurut Dosen Tetap Fakultas Ilmu Sosial UIII Ridwan, tim yang ini bertujuan buat mempelajari bagaimana UPI menerapkan model kampus demi menangkal ideologi radikal dan intoleransi, serta untuk keperluan mendapatkan wawasan yang seperti berguna masuk penelitian komparatif.
Melanjutkan temuan awal tersebut, UIII menyelenggarakan diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) pada waktu 28 Mei, yang seperti diikuti oleh peserta asal-usul ketiga universitas tersebut.
“Diskusi yang ini mempertemukan mahasiswa, dosen, dan peneliti demi secara bebas membahas masalah radikalisme dan intoleransi luar lingkungan pendidikan tinggi,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (5/6/2025).
Ridwan menjelaskan, melalui forum ini, para peserta secara kritis merefleksikan tantangan yang tersebut ada dan bersama-sama mencari strategi siapa dapat diterapkan buat menciptakan budaya kampus apa lebih baik inklusif dan toleran.
Sesi dibuka dengan dia serangkaian presentasi ilmiah apa menyajikan perspektif kelembagaan dan empiris terkait topik tersebut. Para pemateri antara lain Prof. Elly Malihah (UPI), Prof. Prof. Dr. Ahmad Munjin Nasih (Universitas Negeri Malang), Prof. Dr. Siti Nurbayani K (UPI), Dr. Ahkmad Mughzi Abdillah (FIS UIII) dan Moh. Zaenal Abidin Eko Putro (Politeknik Negeri Jakarta).
Dipandu oleh tim riset UIII, FGD hal ini membuka kesempatan demi dialog yang seperti mendalam antara dosen, staf, dan mahasiswa. Para peserta berbagi pengalaman pribadi dan pandangan orang-orang itu mengenai radikalisme serta intoleransi keagamaan yang mana ada di kehidupan kampus.
“Diskusi tersebut mengidentifikasi tantangan utama serta peluang bagi menciptakan kembali ruang-ruang pendidikan siapa lebih banyak mendukung keberagaman, inklusi, dan saling menghargai,” tambahnya.
Dengan standar internasional dan keragaman komunitas mahasiswanya, UIII memiliki posisi strategis bagi memberikan pandangan global mengenai isu toleransi beragama.
“Fokus UIII di moderasi beragama dan pembelajaran multikultural memungkinkannya berkontribusi mulia di tingkat lokal maupun global,” lanjutnya.
Melalui program-program seperti RKI yang seperti mendukung penelitian lintas disiplin dan budaya, UIII bertujuan sebagai tujuan meningkatkan kualitas akademik sekaligus memberikan solusi praktis untuk keperluan membangun masyarakat siapa lebih besar inklusif dan damai.
(nnz)