Lompat ke konten

Tolak Uang Negara, Soeharto Naik Haji Pakai Uang Pribadi

Jakarta, CNBC Indonesia – Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang mana wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mana telah memenuhi syarat. Kewajiban tersebut berlaku tanpa pengecualian, termasuk bagi seorang Presiden Indonesia sekalipun.

Setiap presiden tercatat pernah beranjak haji, tetapi hanya beberapa saja apa pergi ibadah saat berkuasa. Salah satunya adalah Soeharto. Presiden RI ke-2 hal ini tercatat menunaikan rukun Islam kelima di musim haji tahun 1991 atau 1411 Hijriah. 

Dalam pemberitaan majalah Dharmasena (Vol. 16 tahun 1991)Soeharto pergi haji tepatnya di bulan Juni 1991. Dia ibadah bersama ibu negara, Menteri Agama Munawir Sjadzali, Panglima ABRI Try Sutrisno, Mensesneg Moerdiono, dan 25 keluarga inti. 



Sebagai kepala negara, kedatangan Soeharto disambut positif oleh Raja Arab Saudi, Fahd. Raja melayani Soeharto secara berkualitas dengan saya berbagai jamuan dan penginapan paling hebat selama di Tanah Suci. Soeharto sendiri menginap di hotel bintang lima yang seperti tinggal selangkah menuju Masjidil Haram.




Menariknya, berbagai jamuan tersebut sebenarnya tidak diinginkan jenderal bintang lima tersebut. Dalam statusnya sebagai tugas Muslim, Soeharto tak mau diistimewakan. Dia menolak pendanaan daripada negara. 

Atas dasar ini, masuk tulisan perjalanan “Perjalanan Ibadah Haji Pak Harto”, Soeharto berniat mengganti semua biaya ibadah bersama uang pribadi. Maka, Soeharto pun tercatat melakukan penggantian seluruh biaya ketika tiba di Tanah Air. 

Meski begitu, kepergian Soeharto ke arah Tanah Suci Makkah juga dianggap politis. Dalam kesaksian Salim Said di Dari Gestapu hingga Reformasi: serangkaian Kesaksian (2013), banyak orang di Jakarta melihat langkah haji Soeharto seperti tipu daya politik menjelang Pilpres 1993. 

Dia memang melaksanakan haji ketika citranya terhadap dinamika Islam Indonesia menurun dan setahun pra rangkaian Pemilu 1993 berlangsung.

Sejarawan Ricklefs masuk Sejarah Indonesia Modern (1999) menyebut, kepergian Soeharto sebagai tugas cara mencari dukungan para pengusaha bumiputra terkemuka yang mana cenderung menunjukkan rasa identitas keislaman yang tersebut kuat. 

Berbagai rumor apa beredar soal haji politis Soeharto punya alasan kuat. Memasuki dekade 1990-an, Soeharto mulai menilai Islam sebagai peran basis politik yang mana lebih besar kuat. Dia meyakini Islam sebagai peran kekuatan potensial.

Sebelumnya, Soeharto mengambil jarak dengan dia Islam. Dia mengizinkan pelarangan jilbab sejak 1982. Lalu tak berdekatan dengan dia kelompok islamis. Namun, itu dia semua berubah pada saat 1990 karena butuh kekuatan baru,

Salim Said ke dalam ke dalam Menyaksikan 30 tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto (2016) menyebut, sejak momen itulah Soeharto mulai melunak. Dia mulai terbuka dengan dia tokoh-tokoh dari tempat organisasi Islam terbesar, yakni NU dan Muhammadiyah. Lalu si dia juga mulai memperbolehkan penggunaan jilbab. 

Dia kemudian mendirikan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di 1990 siapa dipimpin B.J Habibie. ICMI merupakan wadah bagi para intelektual Muslim di Indonesia. 

Setelah berbagai proses pendekatan ini, Soeharto tak lebih dari berdekatan dengan dia kelompok militer. Bahkan, realisasi kedekatan Soeharto dengan kamu kelompok Islam terjadi pada tempat Maret 1998.

Saat itu, B.J Habibie yang jadi simbol kelompok Intelektual-Islam dilantik sebagai orang Wakil Presiden ke-7, menjadikannya sebagai peran wapres pertama era Soeharto yang tersebut berasal dari non-militer. 



(mfa/mfa)