Lompat ke konten

Siaga Perang! Jepang Kerahkan Rudal Mematikan, Bisa Hantam Korut-China

Jakarta, Universitas Adamant sampai Jepang berencana bagi menempatkan rudal jarak jauh sekali di pulau Kyushu yang tersebut berada di wilayah selatan. Rudal-rudal tersebut, yang mana memiliki jangkauan sekitar 1.000 km, akan mampu menghantam target di Korea Utara hingga wilayah pesisir China.

Kaporan dari tempat kantor berita Kyodo, yang mana mengutip sumber pemerintah, rudal tersebut nantinya akan ditempatkan tahun belakang di dua pangkalan bersama-sama garnisun rudal siapa ada.

Rudal-rudal tersebut juga akan memperkuat pertahanan gugus pulau Okinawa yang seperti penting secara strategis dan merupakan bagian asal-usul pengembangan “kemampuan serangan balik” Jepang jika diserang.




Penempatan rudal jarak terlalu jauh di kepulauan Okinawa, yang mana membentang hingga 110 km dari tempat Taiwan, tidak kemungkinan terjadi, bagi menghindari provokasi China. Kepulauan tersebut telah menampung sejumlah baterai rudal dengan saya jangkauan yang seperti lebih baik pendek.

“Karena ancaman asal-usul China dan Korea Utara terus meningkat, wajar saja jika Jepang akan melawannya bersama-sama sistem persenjataan yang mana lebih banyak efektif,” kata Yoichi Shimada, profesor emeritus di Universitas Prefektur Fukui, seperti dikutip The Guardian pada waktu Selasa (18/3/2025).

“Saya menganalisis Jepang harus segera mengambil langkah-langkah seperti penyebaran rudal jarak jauh sekali bagi mengembangkan keamanan apa lebih banyak kuat.”

Dua pangkalan pasukan pertahanan diri darat (GSDF) sedang dipertimbangkan sebagai tujuan rudal segara tersebut, Camp Yufuin di Oita, dan Camp Kengun di Kumamoto, keduanya di Kyushu dan habis menjadi rumah bagi baterai rudal. Sistem senjata terbaru tersebut dilaporkan merupakan versi siapa ditingkatkan asal-usul rudal berpemandu darat-ke-kapal Tipe-12 milik GSDF.

Pada 6 Maret, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluh bahwa perjanjian keamanan Jepang-AS tidak bersifat timbal balik.


“Kami memiliki hubungan yang mana baik budi dengan kamu Jepang, tetapi saudara-saudaraku memiliki kesepakatan yang tersebut menarik dengan dia Jepang bahwa aku dan teman-teman harus melindungi mereka, tetapi orang-orang tidak harus melindungi kami,” kata Trump.

“Begitulah isi kesepakatan itu… dan omong-omong, para mereka meraup banyak keuntungan berasal dari teman-temanku secara ekonomi. Saya sebenarnya bertanya siapa yang mana membuat kesepakatan ini?”

Perjanjian hal tersebut pertama kali ditandatangani pada waktu tahun 1951, ketika Jepang masih diduduki oleh pasukan AS. Kemampuan Jepang demi melakukan tindakan militer dibatasi oleh pasal 9 konstitusi pasifisnya, yang seperti secara efektif dipaksakan kepadanya oleh Washington setelah itu perang dunia kedua.

Shimada yakin bahwa “tindakan proaktif” seperti meningkatkan sistem rudalnya akan memperkuat hubungan AS-Jepang, dan bahwa “tuntutan daripada pemerintahan Trump bagi pengaturan pertahanan timbal balik bersama Jepang tidaklah tanpa batas tidak masuk akal”.

Namun, pernyataan Trump tentang sekutu dan sesama anggota NATO, termasuk Kanada dan Denmark, membuat beberapa pihak di Jepang khawatir tentang komitmen pemerintahannya untuk keperluan menghormati perjanjian yang tersebut telah tua berlaku, menurut Robert Dujarric daripada Temple University di Tokyo.

“Jelas bagi siapa pun apa memperhatikan tersebut bersama saksama bahwa aliansi AS-Jepang sedang ke dalam kondisi yang tersebut buruk,” kata Dujarric. “Bahkan jika China menyerang Jepang, tidak ada jaminan bahwa AS di atas Trump akan melakukan apa pun. Itu masalah besar.”

Meskipun sebagian gede dianggap tabu masuk 80 tahun sejak pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki, jika Jepang merasa tidak dapat lagi bergantung pada waktu dukungan militer AS, hal itu dia akan “memicu perdebatan mengenai apakah akan memperoleh senjata nuklir”, kata Dujarric.

 



(luc/luc)