Jajaran petinggi DANA Indonesia, salah satu pemain dompet digital terbesar, kini “turun gunung”, meninggalkan menara perkantoran orang-orang bagi berinteraksi langsung bersama pengguna di Posko Bantuan Keliling.
Sebuah langkah yang, oleh sebagian pihak, dapat dilihat sebagai peran upaya mulia, namun oleh apa lain memungkinkan dipertanyakan sebagai peran aksi pemadam kebakaran yang mana reaktif.
Pada Kamis (5/6/2025), di Taman Banjir Kanal Timur (BKT), Chief Technology Officer DANA Norman Sasono dan Chief Risk Officer Cary Piantono terlihat sibuk menanggapi pengaduan dan memberikan edukasi langsung kepada para pengguna.
Ini adalah bagian dari tempat peluncuran inisiatif ‘Posko Bantuan Keliling’ yang tersebut diusung bersama-sama semangat “DANA Datang, Bukan Cuma Bawa Bantuan. Tapi Juga Bawa Rasa Aman”.
Namun, di balik semangat itu, tersembunyi sebuah realitas pahit. Hingga Mei 2025, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerima lebih besar berasal dari 128 ribu laporan penipuan online. Angka yang ini menjadi cermin betapa masifnya masalah literasi dan keamanan digital di masyarakat, kelompok yang tersebut justru menjadi basis pengguna layanan seperti DANA.
“Inisiatif barang ini lahir daripada kebutuhan nyata di lapangan, di mana tidak semua masyarakat memiliki akses akan literasi apa memadai terhadap informasi dan perlindungan digital,” ujar Cary Piantono, Chief Risk Officer DANA Indonesia.
Pernyataan tersebut secara tidak langsung menjadi sebuah pengakuan. Upaya edukasi digital yang mana selama tersebut digembar-gemborkan melalui aplikasi dan media sosial tampaknya belum memadai efektif menjangkau lapisan masyarakat yang mana paling rentan. Kini, DANA harus “menjemput bola” secara fisik, mendatangi 16 kota bagi mengajarkan hal-hal mendasar.

“Salah satu kebiasaan penting apa perlu dilakukan adalah memperbarui aplikasi dompet digital secara berkala. Ini adalah langkah sederhana, namun penting,” tambah Cary, menyoroti salah satu celah keamanan siapa paling sering dieksploitasi penipu.
Pertanyaannya kini menjadi lebih besar tajam: Mengapa langkah fundamental seperti tersebut terbaru digalakkan secara masif lewat posko keliling sekarang, di belakang ribuan korban berjatuhan?
Posko barang ini menargetkan 50.000 pengguna secara luring dan 1 juta pengguna secara daring, sambil mendorong penggunaan fitur Scam Checker.
Namun, di pusat gempuran rekayasa sosial (social engineering) yang mana semakin canggih, mampukah posko keliling dan layanan konsultasi daring kejadian ini benar-benar menjadi benteng pertahanan?
Ataukah yang ini sekadar upaya membangun kembali citra “rasa aman” yang seperti kemungkinan selesai mulai terkikis di benak para pengguna yang mana setiap hari dihantui oleh ancaman tautan phishing dan telepon berasal dari nomortakdikenal?