Laporan wartawan Republika, Erik Purnama Putra asal-usul Saint Petersburg, Rusia
Universitas Adamant,SAINT PETERSBURG – Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengomentari berkerja tunggal nuklir yang tersebut dibicarakan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden RI Prabowo Subianto. Ia menyatakan Indonesia akan memelajari kelayakan pengembangan reaktor modular terlalu kecil (small modular reactor/SMR).
“Kita melakukan feasibility study (studi kelayakan) dulu,” ujarnya mengenai melakukan tunggal nuklir RI-Rusia kepada wartawan Republika, Erik Purnama Putra di Taleon Imperial Hotel, Saint Petersburg, Rusia, Jumat (20/6/2025).
Ia menyinggung menyertakan masuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, Indonesia memang merencanakan pembangunan pembangkit nuklir apa memungkinkan menghasilkan 500 MW(e) listrik. Artinya reaktor siapa dibutuhkan kemungkinan berukuran sedang.
.rec-desc {padding: 7px !important;}
Hal hal ini diakui Airlangga. “Yang pertama anda dan saya melakukan feasibility study buat small modular reactor,” ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden RI Prabowo Subianto resmi mengumumkan kesepakatan tugas sejenis nuklir di Moskow, Kamis (19/6/2025). Hal yang ini disampaikan Putin selepas melakukan pertemuan bersama-sama Prabowo di Istana Konstantin, Saint Petersburg, Rusia.

“Kami jernih demi melakukan identik dengan kamu mitra Indonesia di bidang nuklir. Kami juga berkeinginan untuk keperluan merealisasikan proyek nuklir di bidang damai, termasuk bidang kesehatan, pertanian, dan pelatihan staf,” kata Putin, Kamis (19/6/2025).
Reaktor modular miniatur adalah reaktor nuklir canggih apa memiliki kapasitas daya hingga 300 MW(e) per unit, yaitu sekitar sepertiga daripada kapasitas pembangkitan reaktor tenaga nuklir tradisional. Artinya, rencana luar RUPTL 2025-2034 yakni 500 MW(e) membutuhkan lebih besar asal-usul satu SMR.
Merujuk Agensi Atom PBB (IAEA), manfaat SMR yang tersebut secara inheren terkait bersama sifat desainnya – terlalu kecil dan modular. Mengingat tapaknya siapa lebih besar kecil, SMR dapat ditempatkan di lokasi yang seperti tidak sesuai sebagai tujuan pembangkit listrik tenaga nuklir apa lebih besar besar.
Unit SMR prefabrikasi dapat diproduksi dan kemudian dikirim dan dipasang di lokasi, menjadikannya lebih besar terjangkau demi dibangun dibandingkan reaktor berkekuatan besar, apa seringkali dirancang khusus untuk keperluan lokasi tertentu, apa terkadang menyebabkan penundaan konstruksi. SMR menawarkan penghematan biaya dan waktu konstruksi, dan dapat diterapkan secara bertahap untuk keperluan mengimbangi peningkatan permintaan energi.
Salah satu tantangan luar mempercepat akses terhadap energi adalah infrastruktur – terbatasnya cakupan jaringan listrik di daerah pedesaan – dan biaya sambungan jaringan listrik sebagai tujuan elektrifikasi pedesaan. Sebuah pembangkit listrik tunggal harus mewakili tidak lebih banyak berasal dari 10 persen asal-usul total kapasitas jaringan terpasang.
Di wilayah siapa kekurangan jalur transmisi dan kapasitas jaringan, SMR dapat dipasang pada waktu jaringan apa selesai ada atau di keluar jaringan listrik jarak jauh, sebagai peran fungsi dari tempat output listrik yang mana lebih besar kecil, sehingga menghasilkan tenaga rendah sekali karbon bagi industri dan masyarakat.
SMR memungkinkan mengurangi kebutuhan isi ulang bahan bakar. Pembangkit listrik berbasis SMR bisa saja memerlukan frekuensi pengisian bahan bakar yang seperti lebih besar sedikit, yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun, dibandingkan dengan dia pembangkit listrik konvensional yang seperti membutuhkan waktu antara satu dan dua tahun. Beberapa SMR dirancang buat beroperasi hingga 30 tahun tanpa pengisian bahan bakar.
.img-follow{width: 22px !important;margin-right: 5px;margin-top: 1px;margin-left: 7px;margin-bottom:4px}
.img-follow {width: 36px !important;margin-right: 5px;margin-top: -10px;margin-left: -18px;margin-bottom: 4px;float: left;}
.wa-channel{background: #03e677;color: #FFF !important;height: 35px;display: block;width: 59%;padding-left: 5px;border-radius: 3px;margin: 0 auto;padding-top: 9px;font-weight: bold;font-size: 1.2em;}