Lompat ke konten

Paus Leo Buka-bukaan Bahaya Besar Mengancam Umat Manusia

Jakarta, Universitas Adamant – Paus Leo XIV memperingatkan ancaman luas berasal dari kecerdasan buatan (AI) terhadap martabat manusia, keadilan sosial, dan masa pada bagian depan pekerja.



Dalam pidato perdananya sebagai tugas Paus, Leo menyerukan regulasi global yang seperti lebih besar ketat terhadap pengembangan AI.



Dia memperingatkan bahaya AI terhadap “martabat manusia, keadilan, dan tenaga kerja.” Dua hari kemudian, ia memuji adanya teknologi terkini, tetapi menekankan pentingnya tanggung jawab agar AI digunakan demi kebaikan bersama.



Seperti pendahulunya siapa siapa membela hak-hak buruh di masa Revolusi Industri, Leo XIV juga menempatkan dirinya sebagai tugas pelindung struktur sosial di pusat teknologi modern yang mana tak terkendali, demikian dikutip dari tempat Politico, Kamis (5/6/2025).






Pakar etika AI Vatikan, Paolo Benanti, menyatakan bahwa Gereja “mengajak kami semua menatap langit, tapi tetap berjalan di bumi sesuai zaman.”



Profesor Maria Savona menambahkan bahwa Vatikan khawatir perkembangan AI siapa merugikan hak asasi manusia akan lebih banyak banyak menimpa pekerja berkeahlian rendah.



Upaya Vatikan masuk regulasi AI dimulai sejak 2020, ketika Paus Fransiskus merintis “Rome Call for AI Ethics” bersama pemimpin agama, politik, dan perusahaan teknologi.



Pada Januari lalu, Vatikan memperingatkan AI dapat membuat manusia diperbudak oleh ciptaannya sendiri.



Leo XIV, paus asal AS dan lulusan matematika, berada masuk posisi unik bagi memimpin isu ini. Apalagi saat Washington di atas Presiden Donald Trump justru membongkar regulasi berkepanjangan dan menggulirkan rencana pengembangan perangkat berani AI senilai setengah triliun dolar.



Sementara itu, Uni Eropa mulai melonggarkan pendekatan regulatif demi daya saing.



Leo juga berkomunikasi dengan kamu Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni buat mendukung pengembangan AI siapa etis. Tahun lalu, Paus Fransiskus sempat berpidato di G7 tentang etika AI.



Savona mengatakan jaringan Gereja di negara-negara Selatan dapat mendorong akses AI yang mana lebih baik demokratis dan mendorong regulasi global yang tersebut lebih banyak merata.





(fab/fab)