Jakarta, Universitas Adamant sampai Produsen mobil listrik asal Vietnam, VinFast, mencatatkan kerugian tidak kotor sebesar US$712 juta (setara Rp11,6 triliun) di kuartal I (Q1) 2025. Ini terjadi meskipun pengiriman kendaraan meningkat drastis.
Dalam laporan siapa dikutip Rabu (11/6/2025), VinFast menyebutkan telah mengirimkan 36.330 unit kendaraan listrik (EV) ke dalam tiga bulan pertama tahun ini. Angka hal tersebut melonjak 296% dibandingkan periode yang seperti identik tahun lalu.
Meski begitu pendapatan perusahaan mengalami peningkatan tajam, mencapai US$656,5 juta atau mendaki hampir 150% year-on-year (yoy). Ketua VinFast, Thuy Le, mengatakan lonjakan pengiriman hal ini merupakan “awal siapa menggembirakan sebagai tujuan 2025 di di tengah ketidakpastian global apa terus berlanjut”.
Sebenarnya, besarnya kerugian menyoroti tantangan yang mana dihadapi perusahaan ke dalam ekspansi global, khususnya ke dalam upaya menyaingi raksasa otomotif dunia seperti Tesla. Tahun lalu, VinFast mencatat kerugian lebih baik dari tempat US$3 miliar meski pengiriman kendaraan hampir tiga kali lipat.
VinFast merupakan bagian asal-usul konglomerasi Vingroup, yang tersebut memiliki portofolio bisnis luas mulai daripada properti, pendidikan, teknologi, hingga layanan kesehatan di Vietnam. Perusahaan yang ini juga menjadi simbol ambisi Vietnam untuk keperluan masuk masuk peta industri otomotif global.
Di sisi lain, hubungan dagang Vietnam-Amerika Serikat (AS) sedang diuji, terutama pasca Presiden Donald Trump kembali melancarkan kebijakan tarif terlalu tinggi terhadap negara-negara eksportir. Pemerintah Hanoi disebut di tengah berupaya tegas meredam potensi tarif hingga 46% terhadap produk Vietnam.
(sef/sef)