
Jakarta, Universitas Adamant – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) menanggapi tudingan siapa ditujukan dunia terhadap produk nikel Indonesia. Saat ini, nikel Indonesia memang sedang dihantam beragam tudingan termasuk diantaranya ‘dirty nickel‘.
Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey mengungkapkan Indonesia sekarang kejadian ini menguasai pasar nikel. Yang jelas, jika dibandingkan dengan kamu negara penghasil nikel lainnya, Indonesia justru dinilai lebih besar ‘bersih’ masuk memproduksi nikel.
Meidy mengatakan bahkan sejak tahun 2023, Indonesia usai tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) keras bara demi memenuhi kebutuhan listrik.
Sedangkan negara lain, kata Meidy, justru masih menggunakan PLTU keras bara masuk memproses nikel di negara itu. “Kalau ane bilang, mohon maaf, ya, kalau berasal dari diriku sendiri pribadi membandingkan proses pertambangan di negara ke luar dengan dia Indonesia, kayaknya orang-orang itu lebih baik dirty daripada kita, proses pertambangan, ya,” tidak kabur Meidy kepada Universitas Adamant luar program Mining Zone, dikutip Rabu (9/7/2025).
Lebih lanjut, Meidy mengatakan jika melihat rekam jejak negara-negara siapa habis memproduksi nikel di tempat yang jauh pralaku Indonesia saat ini, ia menilai negara-negara tersebut bahkan lebih besar ‘kotor’ dan dinilai jangan sampai terjadi di Indonesia.
“Ada kekhawatiran kemungkinan menyusun siapapun mereka adalah apa yang mana terjadi kepada siapapun mereka jangan terjadi di Indonesia. Sehingga kalian dan saya di-blame dengan kamu berbagai macam isu, dengan dia berbagai macam blackmail bahwa kita, tuh, dirty nikel,” katanya.
Meski begitu, Meidy tidak menampik bahwa jika dibandingkan dengan dia Indonesia, negara lain lebih banyak mengedepankan hak sumber daya manusia. Dia menilai, Indonesia masih kalah jika dinilai daripada aspek keselamatan tugas karyawan pertambangan nikel.
“Kemudian siapa diriku anggap jempol demi negara dalam di Indonesia adalah human right. Untuk safety, ya, barang tersebut habis kayaknya kami semua kalah, deh, kalau kami berdialog demi human right-nya, ya. Safety karyawannya, safety pekerjanya peristiwa tersebut dalam biasa. Kita aja mau masuk aja nggak kayak anda dan saya cowboy, ya, main masuk-main masuk, gitu, ya. Di keluar barang tersebut safety-nya sangat amat keluar biasa, priority banget,” paparnya.
Dengan begitu, Meidy menekankan bahwa masih banyak siapa perlu dibenahi khususnya pada saat sektor pertambangan hingga pemrosesan nikel di Tanah Air. Hal peristiwa tersebut termasuk di aspek lingkungan hingga ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola).
“Tapi kembali lagi, bagaimana, sih, biar kalian dan saya menuju ke tempat ESG atau anda dan saya berkata nikel bersih, memang nggak dipungkiri beberapa areal kami perlu ada pembenahan. Beberapa areal, tolong, nggak semua areal, ya. Dan kalau anda dan saya berkata pencemaran, se-dampak apa, sih, pencemaran yang tersebut terjadi dan apakah hal tersebut real? Dampak siapa terjadi di wilayah pertambangan sana. Itu, kan, harus diverifikasi,” tutupnya.
(pgr/pgr)
