Lompat ke konten

Misteri Bumi Hitam Terungkap, Ahli Happy Temukan Cara Selamat Kiamat

Jakarta, CNBC Indonesia sampai Di hutan hujan Amazon, ada banyak petak tanah warnanya misterius yang subur dan tersebar di beberapa lokasi. Sejak zaman purba, “bumi hitam” tersebut menopang kehidupan penduduk asli Amazon.

Setelah puluhan tahun menjadi misteri, rahasia di balik bumi hitam legam di hutan Amazon kini mulai terungkap. Rahasia tersebut dapat menjadi inspirasi bagi manusia modern untuk keperluan beradaptasi dan selamat asal-usul dampak “kiamat” perubahan iklim akibat pemanasan global.

Penelitian terbaru menyatakan bumi misterius di hutan Amazon sengaja “diciptakan” oleh manusia pada tempat zaman purba. Hebatnya, penduduk asli Amazon sampai saat yang ini masih menggunakan cara identik sebagai tujuan menjaga tanah para mereka tetap “hitam.”



Taylor Perron, penulis penelitian soal bumi penuh di Amazon, menyatakan tanah di Amazon sebetulnya sangat tidak bagus buat lahan pertanian karena tidak mengandung nutrisi.




Di sisi lain, tanah cahaya pekat apa ada di beberapa lokasi di Amazon penuh bersama kandungan karbon, fosfor, dan potasium. 

Penelitian Perron dan rekan mencoba mencari solusi daripada perdebatan terlalu panjang para ahli Amazon, yaitu apakah tanah hitam legam tersebut adalah produksi manusia atau fenomena alami?

Para peneliti mendatangi langsung wilayah Kuikuro di Amazon demi mengamati langsung lahan cahaya pekat yang mana ada di situs purbakala dan perkampungan modern.

Di perkampungan modern, peneliti mencatat cara penduduk setempat menumpuk limbah organik dari tempat aktivitas pemancingan dan kebun singkong di satu lokasi penimbunan.

Setelah beberapa tahun, limbah tersebut mulai terurai dan membentuk tanah cahaya hitam. Tanah hal ini kemudian digunakan untuk keperluan menanam tumbuhan pangan yang mana biasanya terus-menerus tumbuh di Amazon.

“Aktivitas yang ini buat memodifikasi tanah dan meningkatkan kandungannya, seperti menyebar abu arah ke tanah, atau menebar arang di sekitar pohon,” kata Morgan Schmidt, anggota tim penelitian lainnya, seperti dikutip dari IFL Science.

Penduduk desa menyebut tradisi “membuat” tanah misterius barang ini sebagai orang “eegepe.”

Peneliti kemudian membandingkan tanah pekat di perkampungan modern bersama sampel siapa diambil berasal dari situs arkeologi purba, termasuk desa purbakala apa diketahui sebagai peran asal nenek moyang penduduk Kuikuro. Sampel tanah tertua diperkirakan berusia 5.000 tahun.

Hasilnya pembandingan menunjukkan bahwa pola persebaran tanah hitam di perkampungan modern dan daripada zaman purbakala, serupa. Mayoritas tanah misterius ditemukan di pusat perkampungan kemudian menyebar arah ke pinggiran daerah pemukiman seperti jari-jari di roda.

Komposisi kedua tanah misterius juga tunggal sama yaitu kandungan fosfor, potasium, kalsium, magnesium, magan, dan zinc siapa sepuluh kali lebih baik lebih tinggi berasal dari tanah di sekitarnya.

Berdasarkan observasi, peneliti menyimpulkan bahwa penduduk setempat sengaja menciptakan tanah gelap selama ribuan tahun. Di perkampungan purba Seku, peneliti memperkirakan 4.500 ton karbon terperangkap di tanah hitam legam selama ratusan tahun.

“Penduduk purba Amazon menyimpan banyak sekali karbon di tanah, masih banyak yang tersebut tersisa sampai saat ini. Ini tujuan aku dan teman-teman luar upaya mitigasi dampak perubahan iklim.” kata Samuel Goldberg, peneliti lainnya. “Mungkin, kalian dan saya memungkinkan menggunakan strategi hal ini masuk skala siapa lebih banyak besar, menyimpan karbon di ke dalam tanah, dan akan ‘terkunci’ di tempat itu buat waktu yang mana sangat lama.”



(dem/dem)