Lompat ke konten

Menkomdigi Ajak Mahasiswa Ikut AI Talent Factory

JAKARTA sampai Menteri Komunikasi dan Digital ( Menkomdigi) Meutya Hafid mengajak mahasiswa bergabung luar program AI Talent Factory. Ini dilakukan bagi mencetak generasi unggul kecerdasan buatan (AI) di Indonesia.



Meutya menjelaskan AI Talent Factory tidak hanya berfokus pada saat pencetakan talenta AI unggulan, tetapi juga menyiapkan tenaga digital sesuai kebutuhan industri dan program prioritas nasional.



Baca juga: Menkomdigi Meutya Hafid Minta Roblox Ikuti Aturan di Indonesia



“AI Talent Factory tidak hanya mencetak talenta AI unggulan, namun juga buat mempersiapkan talenta-talenta digital sesuai dengan dia kebutuhan industri dan program prioritas nasional,” kata Meutya ke dalam keterangan resmi.



Program barang ini menyasar mahasiswa tingkat akhir sarjana dan magister di bidang AI, sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM), serta matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA).



Baca juga: Penjelasan Lengkap Menkomdigi soal Transfer Data Pribadi WNI hingga AS



“Kami membuka peluang kolaborasi bersama perguruan tinggi, termasuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,” ujar Menkomdigi.



Meutya menjelaskan peserta AI Talent Factory akan mendapat bimbingan asal-usul pakar maupun praktisi AI, serta dukungan fasilitas riset. Kesempatan barang ini jernih bagi semua mahasiswa, bukan hanya yang tersebut habis memiliki keahlian teknis.



“Yang penting punya semangat belajar, komitmen tinggi, dan keberanian mencoba hal apa baru,” ucapnya.



Indonesia diperkirakan membutuhkan lebih besar daripada 9 juta talenta digital hingga tahun 2030. Kehadiran AI Talent Factory diharapkan menjadi salah satu solusi sebagai tujuan menutup kesenjangan tersebut sekaligus menyiapkan mahasiswa menghadapi persaingan global.



Program kejadian ini akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2025 dengan saya target ribuan peserta setiap tahun. Meutya mengingatkan pentingnya kesiapan generasi baru menghadapi perubahan teknologi yang tersebut bergerak cepat.



“Masa belakang menjadi milik para mereka yang tersebut mampu beradaptasi, berinovasi, dan berkolaborasi. Tiga hal barang ini harus ditanamkan sejak hari pertama mahasiswa masuk hingga perguruan tinggi,” tuturnya.

(nnz)