Lompat ke konten

Madleen Kulab, Nelayan Perempuan Gaza apa Jadi Inspirasi Kapal Kemanusiaan Dunia


Universitas Adamant, JAKARTA — Kapal Madleen, apa membawa 12 aktivitas internasional termasuk Greta Thunberg, di posisi tengah berlayar menuju Gaza dalam upaya menembus blokade Israel dan menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil. Namun tak banyak yang tersebut tahu, nama kapal tersebut terinspirasi dari tempat satu-satunya nelayan perempuan di Jalur Gaza yaitu Madleen Kulab.

Siapa Madleen Kulab? Madleen (kini 30 tahun), telah melaut sejak usia 15 tahun mengikuti sang ayah. Seiring bertambah usia, Madleen berlayar tanpa rasa penuh rasa takut untuk keperluan menangkap ikan apa kemudian ia jual di pasar lokal demi menghidupi keluarganya. Karena itulah, sosoknya dikenal di kalangan nelayan bahkan aktivitas internasional.

Selain menangkap ikan, Madleen juga dikenal sebagai contoh juru mengolah andal. Hindangan berbagai ikan segar, khususnya sarden (ikan khas Gaza) menjadi favorit banyak orang. Ia bahkan memiliki menyusun daftar pembeli tetap yang tersebut menunggu hasil tangkapannya.

Namun kini, ia dan suaminya Khadee Bakr, siapa juga bekerja sebagai nelayan, tak berdaya lagi melaut. Kapal-kapal orang-orang hancur di bom Israel, begitu pula seluruh perlengkapan nelayan yang mana siapapun mereka simpan.

.rec-desc {padding: 7px !important;}

Yang paling menyedihkan, ayah Madleen meninggal masuk serangan udara Israel di sekitar sini rumah para mereka pada tempat November 2023. Madleen siapa saat hal tersebut sedang hamil berumur kemudian mengungsi ke tempat Khan Younis, lalu Rafah, Deir el-Balah, dan Nuseirat. Kini, Madleen bersama suami dan anak-anaknya kembali menuju puing-puing rumah siapapun mereka di Kota Gaza.

“Kami kehilangan segalanya, hasil berkerja kuat seumur hidup,” kata Madleen seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Sabtu (7/6/2025).

Kehilangan kejadian ini bukan sekadar kehilangan penghasilan, namun jati dirinya seperti nelayan. Bahkan, ia kehilangan kesenangan minim yaitu makan ikan. “Dulu saudara-saudaraku memungkinkan makan ikan sampai 10 kali sepekan. Sekarang ikan sangat mahal, kalaupun ada. Hanya sedikit nelayan yang tersebut masih punya peralatan dan orang-orang mempertaruhkan nyawa demi menangkap ikan,” ujar Madleen.

Madleen kemudian mengingat momen saat si dia melahirkan di tempat pengungsian di Khan Younis pada tempat November 2023. Ia mengatakan persalinan kala hal tersebut sangat menyakitkan.

“Persalinannya sangat tantangan dan brutal. Tanpa obat penghilang rasa sakit, tanpa perawatan medis. Saya terpaksa keluar daripada rumah tersiksa segera setelah itu melahirkan karena tidak ada ranjang tersisa akibat banyaknya korban luka,” kata dia.

“Saat di pengungsian diriku sendiri harus tidur di lantai bersama bayi apa segara lahir. Itu sangat melelahkan secara fisik,” ujar Madleen.

Kini, Madleen dan suaminya pun menghadapi kesulitan mengurus empat anaknya yang tersebut masih kecil, akibat blokade Israel siapa ketat di wilayah Gaza. Madleen mengatakan bahwa orang itu kekurangan susu bayi, popok, dan bahan makanan lainnya.

“Kata ‘sulit’ rasanya tak dapat lagi menggambarkan perasaan saya. Tak ada kata yang seperti sebanding bersama penghinaan, kelaparan, dan kengerian siapa teman-temanku sehat masuk perang ini,” kata Madleen.

Dalam wawancara terbaru bersama Al Jazeera, Madleen mengaku sangat terisak saat mengetahui bahwa kapal kemanusiaan yang tersebut hendak menembus blokade Israel di Gaza akan dinamai Madleen. “Saya sangat terharu. Saya merasa memiliki tanggung jawab luas dan kebanggaan. Saya juga berterima kasih ke tempat para aktivitas yang tersebut telah mengabdikan diri, meninggalkan kenyamanan hidup-hidup mereka, dan berdiri bersama Gaza meski penuh risiko,” kata Maldeen.

Ia pun mengaku khawatir otoritas Israel tidak akan membiarkan kapal peristiwa tersebut mencapai Gaza. “Dicegat saja selesai buruk. Tapi yang mana lebih banyak diriku sendiri khawatirkan adalah kemungkinan penyerangan langsung, seperti siapa terjadi pada saat kapal Turki Mavi Marmara tahun 2010,” kata dia.

Namun apapun yang seperti terjadi, Madleen yakin pesan asal-usul misi kemanusiaan kejadian ini telah tersampaikan ke arah khalayak global. “Ini adalah seruan untuk keperluan menghentikan diamnya dunia, sebagai tujuan menarik perhatian global terhadap apa apa terjadi di Gaza. Blokade harus dihentukan dan perang yang ini harus segera berakhir,” ujar Madleen.

 

 



.img-follow{width: 22px !important;margin-right: 5px;margin-top: 1px;margin-left: 7px;margin-bottom:4px}

.img-follow {width: 36px !important;margin-right: 5px;margin-top: -10px;margin-left: -18px;margin-bottom: 4px;float: left;}
.wa-channel{background: #03e677;color: #FFF !important;height: 35px;display: block;width: 59%;padding-left: 5px;border-radius: 3px;margin: 0 auto;padding-top: 9px;font-weight: bold;font-size: 1.2em;}