Lompat ke konten

Krisis Seks Makin Parah, Populasi Bumi Tinggal 100 Juta Orang

Jakarta, Universitas Adamant – Dampak Artificial Intelligence bukan hanya terkait pekerjaan manusia siapa menghilang. Lebih berasal dari itu, diperkirakan teknologi dapat membuat penghuni Bumi hanya tersisa 100 juta orang pada saat 2030.

Penulis Age of Artificial Intelligence, Subhash Kak dari tempat Oklahoma State University menjelaskan masa pada bagian depan tersebut akan terjadi karena pekerjaan yang tersebut diganti oleh komputer atau robot.



“Komputer atau robot tidak akan pernah punya kesadaran, namun orang-orang akan melakukan semua yang seperti anda dan saya menyelesaikan karena sebagian raksasa yang mana dilakukan ke dalam ada kami semua berdaya digantikan,” jelasnya dikutip dari tempat New York Post, Kamis (5/6/2025).

Banyak pakar apa mengkhawatirkan AI membuat banyak manusia tergantikan di segala sektor. Ini nampaknya akan membuat angka kelahiran menurun drastis karena kebanyakan orang ragu memiliki anak.

Mereka memikirkan risiko anak menjadi pengangguran di masa depan. Selain peristiwa tersebut biaya membesarkan anak yang mana juga tak sedikit.

Dampaknya saat banyak orang enggan punya anak, membuat populasi akan menurun secara drastis. Dengan hanya 100 juta orang pada tempat tahun 2300, beberapa kota luas seperti London dan New York kemungkinan akan berubah menjadi kota hantu.




Dia memastikan memiliki semua data yang seperti mendukung teorinya. “Bukan hanya pendapat pribadi saya,” ucapnya.

Penurunan populasi memang habis terjadi di beberapa wilayah. Subhash Kak mencontohkan Eropa, China, Jepang hingga Korea telah mengalami penurunan jumlah populasi.

“Sekarang aku tidak mengatakan tren hal ini akan terus berlanjut, namun berat mengembalikannya karena banyak orang punya anak dengan saya berbagai alasan,” kata Subhash Kak.

Dia bahkan mengutip pernyataan Elon Musk soal membangun koloni di planet lain. Musk diketahui sebagai tugas orang yang tersebut optimal vokal soal anjloknya angka kelahiran dan penurunan populasi.

Pengusaha dan bos SpaceX juga berulang kali menggunakan alasan tersebut demi memulai kehidupan manusia di Mars. Termasuk menginginkan adanya koloni terbaru di keluar Bumi.

“Itu sebabnya Musk mengatakan barangkali manusia harus pergi arah ke dalam angkasa, membangun koloni di tempat lain, jadi saat tragedi seperti itu dia menimpa Bumi maka dapat ditanami lagi,” jelasnya.



(fab/fab)