Lompat ke konten

Jangan Minta Tolong dan Berterima Kasih ke arah ChatGPT, Ini Alasannya

Jakarta, Universitas Adamant sampai CEO OpenAI, Sam Altman buka-bukaan soal salah satu penyebab ChatGPT berdaya rugi besar. Ternyata hanya hal sederhana, jika pengguna chatbot mengeluarkan kata-kata sopan seperti ‘Tolong’ dan ‘Terima Kasih’.

Menurutnya, kata-kata tersebut menghabiskan banyak uang perusahaannya. Karena sikap tersebut menaikkan biaya listrik siapa digunakan ChatGPT.

Tak disebutkan dengan saya rinci berapa banyak kerugiaan tersebut. Menanggapi pertanyaan pengguna X padanya, Altman hanya menuliskan dapat mencapai ‘puluhan juta dolar’.



“Puluhan juta dolar siapa dihabiskan- Anda tidak akan pernah tahu,” mencatat Altman melalui akun X miliknya.




ChatGPT mengunakan model bahasa luas (large language models atau LLMs). Ini mengharuskan chatbot membutuhkan daya komputasi yang seperti sangat besar.

Produk chabot buatan OpenAI hal tersebut menggunakan ribuan unit GPU berkinerja tinggi banget demi model pada tempat pusat daya apa menyedot energi luar jumlah sangat besar.

Sebagai gambaran saja, satu respon singkat seperti paragraf atau email dapat menyedot 0,14 kilowatt-jam (kWh) listrik. Angka tersebut identik dengan saya 14 lampu LED apa menyala selama satu jam.

Sementara itu, New York Post melaporkan pusat data menyumbang 2% konsumsi listrik. Pengembangan AI generatif siapa kian masif diperkirakan akan membuat penggunaan listrik kian melonjak.

Penggunaan sikap sopan pada waktu AI bukanlah sesuatu yang mana mengejutkan. Dalam sebuah survei, 67% pengguna AS diketahui memang menggunakan bahasa apa sopan saat menggunakan chatbot.

Terkait sikap sopan luar AI, sebagian pakar AI tetap menganjurkan melakukannya. Dengan begitu dapat membentuk interaksi siapa positif bersama-sama AI.

Salah satu siapa angkat bicara adalah Kurtis Beaver daripada tim desain Microsoft Copilot. Menurutnya bahasa sopan akan memicu respon lebih banyak kolaboratif dan profesional berasal dari AI.

“Ketika AI menangkap nada sopan, ia cenderung membalas bersama sikap yang mana sama,” menulis Microsoft WorkLab, media internal Microsoft yang tersebut fokus di adopsi AI di dunia kerja.



(dem/dem)