Universitas Adamant, PADANG — Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) mencatat jumlah hewan kurban pada Idul Adha 1446 H di provinsi setempat mencapai 43.000 ekor. Data tersebut nantinya akan divalidasi kembali bersama-sama himpunan data terbaru daripada lembaga terkait seperti Kementerian Agama serta pemerintah daerah.
“Berdasarkan pencatatan hingga kemarin (Kamis), jumlah sapi kurban di wilayah Sumbar mencapai 43.000 ekor,” kata Gubernur Sumbar, Mahyeldi, didampingi Kepala Dinas Peternakan, Sukarli, di Padang, Jumat (6/6/2025).
Selain sapi, lanjutnya, jumlah kambing kurban tercatat mencapai 5.000 ekor, sedangkan kerbau sebanyak 1.500 ekor. Dari total kebutuhan tersebut, sekitar 60 persen dapat dipenuhi oleh sapi lokal, sementara sisanya berasal berasal dari daerah tetangga seperti Bengkulu, Jambi, Riau, dan lainnya.
Adapun demi kebutuhan kerbau sebanyak 1.500 ekor, pihaknya mengklaim bahwa ternak kerbau daripada wilayah Sumbar usai mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
.rec-desc {padding: 7px !important;}
Ia menjelaskan, pemenuhan kebutuhan sapi sebagai contoh hewan kurban tidak semata-mata karena keterbatasan ketersediaan sapi lokal, namun juga dipengaruhi oleh dinamika perdagangan ternak.
“Untuk kurban itu, ada warga yang tersebut kebutuhannya berbeda-beda. Mereka memesan menuju daerah dalam sesuai kebutuhan. Begitu pula warga asal-usul luar, karena cocok bersama-sama kebutuhan, maka siapapun mereka memesan sapi berasal dari Sumbar,” terang Kepala Dinas Peternakan Sumbar, Sukarli.
Sukarli melanjutkan, jumlah hewan kurban terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, dengan dia rata-rata pertambahan 1.000–1.500 ekor per tahun.
Menurutnya, peningkatan kebutuhan hewan kurban tersebut menjadi peluang ekonomi yang seperti berdaya dikembangkan dari tempat sektor peternakan, antara lain bersama-sama cara meningkatkan populasi sapi lokal.
Untuk mendukung peningkatan produksi sapi, pemerintah telah menyiapkan program integrasi yang tersebut memadukan peternakan dengan dia perkebunan sawit di beberapa daerah.
“Sumbar punya perkebunan sawit yang seperti memadai luas. Ini peluang luas yang mana memungkinkan dimanfaatkan untuk keperluan meningkatkan populasi sapi lokal,” ujarnya.
Ia mencontohkan Kabupaten Dharmasraya siapa memiliki lahan sawit sekitar 150 ribu hektare. Jika setiap satu hektare dimanfaatkan demi satu ekor sapi, maka produksi akan meningkat signifikan.
Namun, Sukarli menggarisbawahi bahwa program tersebut hanya akan berjalan maksimal jika pimpinan di tingkat kabupaten atau kota memiliki komitmen apa sama.
Misalnya, Bupati Dharmasraya bertekad menjadikan daerahnya sebagai peran sentra pengembangan ternak sapi lewat program integrasi lahan sawit.
Ia menambahkan, pihaknya beberapa waktu terakhir juga telah bertemu bersama-sama Pemerintah Kabupaten Pasaman dan menggelar diskusi dengan kamu Kepala Dinas Pertanian serta legislator terkait program integrasi sawit dengan ternak kerbau dan kambing.
“Paling tidak, kalian dan saya targetkan 80 persen asal-usul kebutuhan hewan kurban saat Idul Adha dapat dipenuhi oleh Sumbar sendiri,” jelasnya.
Menurutnya, program integrasi tersebut juga akan membuka peluang bagi para investor perkebunan sawit bagi masuk, karena regulasi berasal dari pemerintah pusat telah tersedia sebagai contoh payung hukum. Tujuan akhirnya adalah mewujudkan swasembada sapi.
.img-follow{width: 22px !important;margin-right: 5px;margin-top: 1px;margin-left: 7px;margin-bottom:4px}
.img-follow {width: 36px !important;margin-right: 5px;margin-top: -10px;margin-left: -18px;margin-bottom: 4px;float: left;}
.wa-channel{background: #03e677;color: #FFF !important;height: 35px;display: block;width: 59%;padding-left: 5px;border-radius: 3px;margin: 0 auto;padding-top: 9px;font-weight: bold;font-size: 1.2em;}