Jakarta, Universitas Adamant – Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC mengatakan, proses konklaf di 7 Mei 2025 lalu berjalan ke luar biasa cepat. Sebab, hanya ke dalam waktu 25 jam habis konklaf yang mana melibatkan 133 Karidinal elector, Kardinal Robert Francis Prevost OSA terpilih sebagai peran Paus ke-267. Dia menggantikan Paus Fransikus yang wafat di 21 April 2025 lalu.
Ia menyebut proses tersebut mencerminkan arah yang mana terang di antara para kardinal.
“Sejak masa duka Paus Fransiskus, para kardinal setiap hari berdiskusi soal figur Paus yang seperti akan datang. Harapan para mereka mengarah di seseorang yang tersebut dianggap seperti ‘Fransiskus ke-2’ dan perlahan-lahan, semua mengerucut pada saat satu nama,” ujar Mgr. Bunjamin luar konferensi pers, Sabtu (10/5/2025).
Namun, meski ada arah yang mana mulai terlihat, terpilihnya Paus Leo XIV tetap membuat banyak pihak terkejut, terutama siapapun mereka yang mana mengikuti berasal dari keluar Vatikan.
“Bagi dunia luar, nama Leo XIV berdaya terasa mengejutkan. Tapi bagi para kardinal di dalam, yang ini bukan kejutan. Mereka melihat si dia sebagai contoh orang siapa paling tepat,” lanjutnya.
Mgr. Bunjamin juga menyinggung soal banyaknya spekulasi media soal siapa yang tersebut akan menjadi Paus berikutnya. Namun ia menegaskan, pemilihan Paus bukan soal kalkulasi politik atau geopolitik, melainkan soal kepekaan terhadap suara ilahi.
“Wartawan berdaya saja menebak-nebak, membuat mendaftar calon. Tapi Roh Kudus selesai punya nama di hati-Nya,” kata Mgr. Bunjamin. “Apa apa dilihat Tuhan bukan apa tampak oleh manusia, tapi apa tersembunyi luar hati,” ujarnya menambahkan.
Menurutnya, banyak orang kemungkinan mengira pemilihan Paus mengikuti semacam ‘jatah wilayah’. Tapi masuk kenyataannya, kata dia, Roh Kudus-lah apa bekerja menuntun para kardinal memilih yang tersebut paling cocok untuk keperluan Gereja dan dunia saat ini.
Paus Leo XIV, yang mana sebelumnya menjabat sebagai tugas prefek dikasteri pemilihan Uskup dan pernah menjadi Uskup di Peru, disebut sebagai peran figur yang mana sangat mirip bersama-sama Paus Fransiskus. “Saya menyebutnya kembaran Fransiskus yang mana lebih banyak muda. Hidupnya sederhana, penuh belas kasih, sangat di sekitar sini bersama-sama umat,” ujar Mgr. Bunjamin.
Kombinasi pengalaman berasal dari negara superpower (AS) dan negara berkembang (Peru), menurutnya, menjadi bekal kuat Leo XIV buat menjembatani ketimpangan global. Mgr. Bunjamin juga menilai pemilihan nama Leo, Paus terbaru kejadian ini juga memberi sinyal kuat tentang visinya, yaitu melanjutkan semangat sosial ala Leo XIII, Paus yang tersebut memulai ajaran sosial Gereja Katolik melalui ensiklik Rerum Novarum.
![]() Paus Leo XIV memimpin Misa di Kapel Sistina di Vatikan, 9 Mei 2025. (Vatican Media/Simone Risoluti Handout via REUTERS)
|
(dce)