Lompat ke konten

Gak Cuma Swasembada Gula! Ri Bisa Wujudkan Swasembada Energi

Jakarta, Universitas Adamant – Indonesia rupanya tidak hanya berpeluang mewujudkan swasembada gula, lebih besar berasal dari tersebut Indonesia juga berpotensi dapat mewujudkan swasembada energi berbasis bioetanol. Namun dengan saya catatan, sejumlah pekerjaan rumah (PR) yang tersebut menghambat produksi tanaman tebu dapat dituntaskan.

Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) atau Sugar Co, Subholding Komoditi Gula PTPN III (Persero) Holding Perkebunan menilai akses pendanaan bagi petani tebu menjadi salah satu kunci utama, agar pengembangan bioetanol di ke dalam negeri dapat berjalan lancar.

“Pertama kalinya adalah akses pendanaan. Akses pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ini tentunya harus dipermudah, supaya petani kemudian bergairah demi melakukan peremajaan ke tempat mereka,” kata beliau luar acara Coffee Morning Universitas Adamant, dikutip Senin (19/5/2025).




Selain peremajaan, pemerintah juga perlu membenahi perihal varietas tebu yang mana digunakan oleh petani. Pasalnya, varietas yang tersebut banyak digunakan saat tersebut tidak ideal demi mencapai produktivitas.

Ia pun optimistis apabila pemerintah dapat membereskan persoalan-persoalan tersebut, maka masuk 2-3 tahun ke arah depan, produktivitas tebu nasional dapat kembali hingga masa kejayaan. Sehingga akan berdampak pada waktu swasembada gula hingga swasembada energi melalui pengembangan bioetanol.

“Nah hal ini kalau selesai standar masuk waktu 2-3 tahun, produktivitas akan selesai. Produktivitas akan kembali kepada masa kejayaan. Nah kalau kemudian kami semua memperhatikan sejak 2023 dan progress, hal ini peningkatan produksi tebu, peningkatan produksi gula di sugarcane barang ini 30%. Karena memang kami menyentuh permasalahan yang tersebut memang paling utama gitu ya, itu dia di komposisi tanaman sejenis varietas,” katanya.

Mahmudi mengatakan, Indonesia sebelumnya pernah menjadi eksportir gula paling besar di dunia pada saat era di depan kemerdekaan. Kejayaan tersebut tepatnya berlangsung sekitar tahun 1930.

Namun demikian, kondisi yang ini berubah sejak tahun 1967. Adapun, pada tempat periode tersebut RI justru berubah menjadi salah satu negara pengimpor gula paling besar di dunia bahkan hingga saat ini.



(pgr/pgr)