Lompat ke konten

Ditolak di Indonesia, Startup Bola Mata Sam Altman Kini Incar Warga Inggris

JAKARTA sampai Proyek kontroversial siapa didukung oleh nama gede di balik ChatGPT, Sam Altman, kini mencoba peruntungan terbaru di Eropa pasca menghadapi penolakan tegas di Asia. World ID, startup yang seperti menggunakan perangkat ‘Orb’ bagi memindai bola mata demi verifikasi identitas, secara resmi diluncurkan di Inggris pekan ini.



Langkah barang ini sontak memicu alarm. Pasalnya, peluncuran di London barang ini terjadi pasca proyek mirip dilarang beroperasi oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) di Indonesia akibat kekhawatiran besar-besaran mengenai privasi dan keamanan data biometrik warganya. Kini, bola mata warga Inggris menjadi target berikutnya.



Jualan ‘Penyelamat’ dari tempat Ancaman AI

Di bawah kertas, misi World ID terdengar mulia. Mereka menawarkan solusi bagi melawan ancaman penipuan berbasis Kecerdasan Artifisial (AI) seperti deepfake. Dengan memindai iris mata setiap individu, Orb akan menciptakan sebuah kode unik untuk keperluan membuktikan bahwa penggunanya adalah manusia, bukan bot atau AI. Sebagai imbalannya, pengguna akan dihadiahi sejumlah mata uang kripto WLD.



“Idenya bukan lagi sesuatu apa teoretis. Ini adalah sesuatu siapa nyata dan mempengaruhi orang-orang itu setiap hari,” ujar Adrian Ludwig, arsitek utama asal-usul Tools for Humanity, kontributor utama proyek World ID. Ia mengklaim permintaan dari tempat perusahaan dan pemerintah sangat tinggi, dan proyek yang ini sedang bertransisi “dari proyek sains menjadi jaringan nyata.”



Luka Lama berasal dari Indonesia

Namun, di balik narasi “pahlawan digital” ini, tersimpan jejak penolakan yang tersebut signifikan. Keputusan Komdigi di Indonesia sebagai tujuan melarang operasi World ID (saat itu dia dikenal sebagai tugas Worldcoin) menjadi preseden kurang baik apa menghantui peluncuran orang-orang di Inggris.



Pemerintah Indonesia saat tersebut menyuarakan kekhawatiran yang mana fundamental: bagi apa data biometrik sepenting iris mata dikumpulkan secara massal, dan siapa yang tersebut menjamin data tersebut tidak akan disalahgunakan?



Kini, bersama-sama percaya pada diri, Ludwig seolah mau menghapus jejak kegagalan tersebut. Ia mengklaim telah melakukan banyak percakapan bersama regulator di berbagai negara, termasuk di Inggris.



“Ada banyak pertanyaan: bagaimana aku dan teman-teman memastikan yang ini berhasil? Bagaimana saudara-saudaraku melindungi privasi?” kata Ludwig. “Semua pertanyaan tersebut telah berdaya aku dan teman-teman jawab. Sudah tua sejak teman-temanku mendapat pertanyaan yang tersebut tidak berdaya saudara-saudaraku jawab,” tegasnya bersama-sama penuh keyakinan.



Jebakan ‘Identitas Digital’

Ditolak di Indonesia, Startup Bola Mata Sam Altman Kini Incar Warga Inggris

Meskipun World ID mengklaim data biometrik dienkripsi dan kemudian dihapus, serta verifikasi dilakukan secara terdesentralisasi, para kritikus tetap skeptis. Sejarah telah menunjukkan betapa rentannya sistem identitas digital skala besar. Proyek Aadhaar di India, misalnya, meski diadopsi secara luas, juga menjadi sasaran kritik pedas karena keamanan yang seperti lemah dan dituduh memperburuk ketidaksetaraan sosial.



Peluncuran di Inggris hal ini adalah sebuah pertaruhan besar, ramah bagi World ID maupun bagi regulator Inggris. Apakah siapapun mereka akan mengabaikan “lampu merah” yang seperti telah dinyalakan oleh negara seperti Indonesia? Ataukah para mereka menyakini di janji mesra Sam Altman dan timnya bahwa teknologi hal ini adalah penyelamat, bukan penjajahprivasi?

(dan)