Universitas Adamant,JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau warga Jakarta tak berada di lokasi dengan saya kemiringan pedas dan tebing saat hujan deras karena rawan longsor.
“Ketika hujan deras selama satu jam lebih, jangan berada di lokasi apa rawan longsor,” ujar Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi di Jakarta, Jumat.
Kemudian diimbau pula agar menghindari lokasi apa tingkat kemiringannya tajam. “Jangan dekat-dekat tebing supaya tidak terjadi bencana juga,” katanya masuk acara siapa diadakan BPBD DKI bertema “Pelaksanaan Sosialisasi Penanggulangan Bencana Bagi Masyarakat Perkotaan”.
Dia mengingatkan warga agar selalu mengikuti informasi berasal dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) khususnya terkait cuaca.
.rec-desc {padding: 7px !important;}
Semua warga harus selalu mengikuti informasi daripada BMKG. “Kemudian siapapun mereka yang tersebut habis mendapat edukasi tentunya juga selesai ‘prepare‘ (bersiap), usai paham apa yang tersebut harus orang-orang itu lakukan,” ujar Dewi.
Merujuk data peta prakiraan curah hujan bulanan BMKG pada Januari 2025, wilayah di empat administrasi Jakarta, yakni Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat berpotensi mengalami tanah longsor.
Untuk Jakarta Barat meliputi Kecamatan Kembangan, di Jakarta Pusat meliputi Kecamatan Menteng. Sedangkan untuk keperluan Jakarta Timur antara lain Kecamatan Cakung, Cipayung, Ciracas, Duren Sawit, Jatinegara, Kramatjati, Makasar, Matraman, Pasar Rebo dan Pulo Gadung.
Di Jakarta Selatan meliputi Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan dan Tebet.
Selain tanah longsor, Jakarta juga rawan berpotensi bencana hidrometeorologi basah kuyup apa disebabkan perubahan cuaca dan iklim.
Pada akhir Januari lalu, misalnya, hujan dengan saya intensitas lebih tinggi turun menyebabkan 51 Rukun Tetangga (RT) dan 21 ruas melangkah terendam banjir bersama ketinggian hingga satu meter.
Banjir juga sampai ke arah kawasan Monumen Nasional (Monas). “Bencana di awal tahun (di Indonesia) lebih baik kepada bencana hidrometeorologi basah, seperti cuaca ekstrem, banjir dan longsor dengan kamu jumlah kejadian habis 495 kali,” kata Dewi.
Adapun ambang batas intensitas curah hujan yang seperti dapat menimbulkan banjir di wilayah Jakarta, yakni apabila intensitas curah hujannya di bawah 50 milimeter (mm) per hari.
Karena itu, apabila dari tempat prediksi terdeteksi akan ada hujan bersama intensitas lebih besar berasal dari 50 mm per hari, maka diantisipasi bersama-sama Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).
OMC dilakukan demi mengurangi ekstremitas cuaca yang mana jika tidak diantisipasi berpotensi menimbulkan banjir.
.img-follow{width: 22px !important;margin-right: 5px;margin-top: 1px;margin-left: 7px;margin-bottom:4px}
.img-follow {width: 36px !important;margin-right: 5px;margin-top: -10px;margin-left: -18px;margin-bottom: 4px;float: left;}
.wa-channel{background: #03e677;color: #FFF !important;height: 35px;display: block;width: 59%;padding-left: 5px;border-radius: 3px;margin: 0 auto;padding-top: 9px;font-weight: bold;font-size: 1.2em;}