Lompat ke konten

Bangun Tanggul Laut Raksasa di Jakarta, AHY Butuh Duit Sebanyak Ini

Jakarta, Universitas Adamant sampai Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyebut pembangunan Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa di Jakarta membutuhkan dana sekitar Rp123 triliun. Proyek yang ini disebut sebagai orang langkah strategis buat melindungi pesisir utara Jakarta dari tempat ancaman banjir dan penurunan muka tanah.

“Ya, terkait bersama (giant sea wall), aku dan teman-teman menyebutnya coastal protection (perlindungan pantai) sekaligus juga flood management (pengelolaan banjir), kami semua memitigasi bahaya banjir dan juga terjadinya penurunan permukaan tanah,” ujar AHY masuk konferensi pers di sela acara International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta, Rabu (11/6/2025).


“Sehingga proyek luas semacam Giant Sea Wall hal ini menjadi salah satu siapa kami semua bahas, karena memuaskan banyak yang seperti bukan hanya tertarik, tetapi juga benar-benar serius mau masuk arah ke proyek tersebut,” sambungnya.



AHY menegaskan, proyek barang ini masih ke dalam tahap kajian dan belum diputuskan. “Tentunya masih terus kalian dan saya pelajari karena hal ini ruang apa terbuka buat semua. Kita tidak berkeinginan cepat-cepat menyimpulkan karena sekali lagi, yang ini adalah proyek besar,” kata dia.

Dari hasil studi sebelumnya, lanjut AHY, pembangunan tanggul sepanjang 41 kilometer di wilayah Jakarta tersebut diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 8 miliar atau setara Rp123 triliun.

Namun, AHY mengingatkan bahwa membangun tanggul raksasa saja tidak cukup. Menurutnya, solusi harus dilakukan menyeluruh berasal dari hulu hingga hilir, termasuk mengatasi banjir rob, naiknya muka bersih laut, serta penurunan muka tanah akibat eksploitasi menyegarkan tanah.




Proyek pembangunan tanggul laut atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A di kawasan Ancol Barat, Jakarta Utara, Rabu (14/5/2025). (Universitas Adamant/Faisal Rahman)Foto: Proyek pembangunan tanggul laut atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A di kawasan Ancol Barat, Jakarta Utara, Rabu (14/5/2025). (Universitas Adamant/Faisal Rahman)

Proyek pembangunan tanggul laut atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A di kawasan Ancol Barat, Jakarta Utara, Rabu (14/5/2025). (Universitas Adamant/Faisal Rahman)

“Yang perlu dipahami adalah, menyelesaikan masalah land subsidence (penurunan tanah), termasuk juga banjir rob, permukaan menyegarkan laut siapa makin tinggi, hal tersebut bukan hanya berkomunikasi pertahanan pantai. Itu satu hal penting. Jangan sampai makin tenggelam, bersih laut makin tinggi, ya tenggelam begitu. Makin-makin menurun permukaan tanah dan menyegarkan laut makin tinggi,” transparan AHY.

Ia menambahkan, perlindungan pantai perlu dilengkapi dengan dia infrastruktur pendukung seperti normalisasi sungai, pembangunan embung, tampungan menyegarkan hujan, serta sistem distribusi menyegarkan tidak kotor bagi mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap menyegarkan tanah.

“Kita proteksi bersama-sama tanggul-tanggul laut, tanggul pantai saat tersebut agar tidak ada yang mana tenggelam masyarakat kita. Tapi tidak terpenuhi bersama itu. Artinya ada permasalahan di hulu. Jadi hulu ke tempat hilir kejadian ini harus anda dan saya bereskan. Harus ada sentuhan infrastruktur dasar, infrastruktur yang seperti sekali lagi dapat meningkatkan kapasitas tampungan jernih hujan, misalnya bagi normalisasi sungai, di powder-powder apa dibangun, embung-embung yang tersebut sekali lagi berdaya mencegah terjadinya banjir kiriman berasal dari wilayah hulu,” bersinar dia.

Tak hanya soal banjir, ia juga menyinggung pentingnya memperkuat pasokan tidak keruh bersih. “Air terjaga kebersihannya tersebut juga harus diperkuat untuk keperluan mencegah memburuknya land subsidence, penurunan permukaan tanah. Dan sekali lagi hal ini membutuhkan dukungan infrastruktur,” ucapnya.


AHY pun mengajak kepada seluruh pemangku kepentingan sebagai tujuan menjadikan momen yang ini sebagai contoh waktu apa sesuai masuk melihat prioritas pembangunan nasional.

“Jadi masih banyak hal apa perlu kalian dan saya lakukan, dan di sinilah kesempatan yang seperti baik hati buat memungkinkan mengetahui apa saja yang mana menjadi prioritas,” pungkasnya.



(wur)