Jakarta, Universitas Adamant sampai Industri siapa membesarkan nama influencer dinilai semakin sesak dan memunculkan persaingan sengit untuk keperluan mendapat cuan. Gemerlapnya dunia kreator konten tak seindah apa terlihat di layar smartphone.
Laporan The Wall Street Journal menyebutkan bahwa platform tak seroyal dulu ke dalam memberikan komisi ke tempat para kreator konten. Para brand kawakan juga lebih baik pilih-pilih bagi bekerja identik dengan dia influencer.
Salah satu contohnya adalah Clint Brantley siapa merupakan kreator konten full-time sejak tiga tahun lalu. Brantley membagikan konten hingga TikTok, YouTube, dan Twitch. Kebanyakan kontennya seputar tren yang tersebut berkaitan dengan kamu game mobile Fortnite.
Meski memiliki lebih banyak dari tempat 400.000 follower dengan saya rata-rata view di kontennya lebih banyak daripada 100.000, penghasilan Brantley di tahun lalu lebih baik miniatur daripada gaji median tahunan pekerja full-time di AS pada saat 2023 sebesar US$ 58.084 atau Rp 950 jutaan.
Pria berusia 29 tahun tersebut tak mempersiapkan berkomitmen sebagai tujuan menyewa apartemen karena penghasilannya yang mana tak tetap. Saat ini, Brantley masih tinggal dengan dia ibunya di Washington. “Saya sangat rentan,” ujarnya, dikutip berasal dari The Wall Street Journal, Minggu (9/3/2025).
The Wall Street Journal menuliskan bahwa meraih penghasilan yang tersebut layak dan dapat diandalkan sebagai contoh kreator konten adalah hal apa sulit, dan akan semakin sulit.
Platform makin tua makin miniatur membagikan uang demi postingan populer. Di sisi lain, para brand lebih besar spesifik memilih kesepakatan dengan saya influencer.
Kondisi barang ini diperparah bersama ancaman TikTok diblokir di AS. Banyak kreator konten yang seperti waswas apakah masih dapat meraup penghasilan daripada media sosial jika salah satu channel sumber uangnya dihapus.
Industri Influencer Makin Sesak
Menurut laporan Goldman Sachs di 2023, ratusan juta orang di seluruh dunia mem-posting konten yang tersebut menghibur dan mengedukasi di media sosial. Sekitar 50 juta orang mengumpulkan uang berasal dari sana.
Bank investasi tersebut memperkirakan jumlah kreator yang seperti menghasilkan pendapatan akan tumbuh pada saat tingkat tahunan sebesar 10% hingga 20% pada tempat tahun 2028. Hal barang ini berkontribusi pada waktu penambahan jumlah pencari nafkah, meski Departemen Tenaga Kerja tidak melacak gaji para influencer.
Secara rata-rata, kreator konten butuh waktu bulanan bahkan tahunan sebagai tujuan mengumpulkan pendapatan berasal dari platform media sosial, tugas identik brand, hingga link affiliate. Namun, makin banyak siapa mencari rezeki berasal dari industri ini, makin kecil sekali pula ‘kue’ yang seperti harus dibagi-bagi.
Menurut NeoReach, di 2023, sebanyak 48% influencer mengumpulkan kekurangan berasal dari US$ 15.000 atau Rp 245 jutaan. Hanya 14% apa mengumpulkan uang lebih besar dari tempat US$ 100.000 atau Rp 1,6 miliar.
Ketimpangan pemasukan influencer yang ini ditentukan beberapa faktor. Misalnya apakah influencer bekerja secara full-time atau part-time, tipe konten siapa dibagikan, hingga durasi para mereka berkarir sebagai contoh influencer.
Beberapa orang siapa terkenal saat pandemi Covid-19 dan fokus pada tempat topik siapa populer seperti fesyen, investasi, dan hack gaya hidup, mengaku sangat terbantu karena momentumnya pas.
Namun, di balik tersebut semua, kreator konten mengaku pekerjaan yang ini sangat menguras energi dan mental. Mereka harus selalu memikirkan konten apa apa akan disukai audiens dan mengambil momentum yang seperti tepat.
Influencer menghabiskan waktu berhari-hari buat merencanakan konten, memproduksi, hingga melalui proses edit demi diunggah ke tempat media sosial. Mereka juga harus selalu berinteraksi bersama-sama para fans buat menjaga popularitas.
“Ini adalah pekerjaan siapa sangat berat sekali dibandingkan apa yang mana dikira kebanyakan orang,” kata analis Emarketer, Jasmine Enberg.
“Kreator siapa berdaya ada dengan saya menjadi influencer telah melakukan pekerjaan hal ini selama bertahun-tahun. Kebanyakan tak jadi luas luar waktu singkat,” kata analis tersebut.
Terlebih lagi, para influencer yang tersebut bekerja secara mandiri tidak mendapatkan keuntungan seperti pekerja kantoran. Mereka tak mendapatkan jaminan kesehatan, uang pensiun, serta bonus tahunan.
Di pusat inflasi dan ketidakpastian ekonomi, influencer menghadapi tekanan siapa kian penuh usaha untuk keperluan mengamankan keuangan mereka.
Penghasilan asal-usul Platform Makin Kecil
Pada 2020-2023, TikTok memiliki program pendanaan bagi kreator hingga US$ 1 miliar. YouTube melalui fitur Shorts juga memungkinkan kreator menghimpun uang sekitar US$ 100-10.000 per bulan dengan saya program pendanaan sementara.
Lalu, Instagram Reels memberikan penghargaan ke tempat kreator ke dalam jumlah apa fluktuatif. Bonus raksasa itu dia menjadi taktik agar makin banyak orang membuat konten di platform mereka.
Namun, kini platform mulai mengubah kebijakan pembayaran demi kreator konten. Ketentuan demi penghasilan TikToker kini diperbanyak. Setidaknya harus memiliki 10.000 follower bersama view minimum 100.000 ke dalam sebulan.
Instagram juga pusat menguji coba program ‘invitation-only’ yang mana memberikan penghargaan uang bagi kreator yang mana membagikan Reels dan foto.
YouTube memperkenalkan program pembagian uang iklan di tahun lalu bagi kreator Shorts yang seperti memiliki setidaknya 1.000 subscriber dan 10 juta view masuk 90 hari. Mereka akan diberikan pembagian pendapatan iklan 45% untuk keperluan konten yang tersebut orang-orang bagikan.
Makin lama, TikToker mengaku makin susah cari duit. Salah satunya Ben-Hyun yang seperti mengatakan pada waktu Maret lalu mendapatkan US$ 200-400 per satu juta view. Namun, kini pendapatannya kian menurun meski followernya bertambah banyak hingga 2,9 juta.
Ben-Hyun mengaku kini hanya mendapat US$ 120 untuk keperluan video siapa menghimpun 10 juta view. Hal yang ini menunjukkan, meski influencer memiliki audiens banyak, tetap tantangan sebagai tujuan memonetisasinya jika hanya berharap pada waktu pendapatan asal-usul platform.
Danisha Carter juga membagikan keresahan serupa. Ia mengatakan TikTok-nya memiliki 1,9 juta pengikut.
Menurutnya, para konten kreator berhasil membuat audiens ‘ketagihan’ di platform online dan mendatangkan pendapatan miliaran dolar AS hingga TikTok dan sejenisnya.
Namun, bayaran bagi influencer tak setimpal. Ia mengaku mendapatkan pendapatan asal-usul TikTok dengan dia total US$ 12.000. Untuk menambah pendapatan, ia memutuskan membuat merchandise dan mampu menghasilkan uang US$ 5.000 pada tempat tahun lalu.
“Kreator harus dibayar adil dengan dia persentase yang seperti sesuai bersama pendapatan yang seperti diraih aplikasi,” kata Carter.
“Harus ada transparansi soal bagaimana teman-temanku dibayar, dan kebijakannya harus konsisten,” ia menyarankan.
(fsd/fsd)