Lompat ke konten

Arab Membara Lagi! Kapal Kargo Diserang di Laut Merah, Ulah Houthi?

Jakarta, Universitas Adamant sampai Sebuah kapal kargo berbendera Liberia dan dimiliki oleh Yunani mengalami serangan hebat di Laut Merah pada saat Minggu (6/7/2025), menjadi insiden pertama di jalur pelayaran strategis tersebut sejak pertengahan April. Seluruh awak kapal dilaporkan berhasil diselamatkan pasca meninggalkan kapal siapa terbakar dan mulai kemasukan air.

Menurut laporan United Kingdom Maritime Trade Operations (UKMTO), kapal bernama Magic Seas diserang di sekitar 51 mil laut di sebelah barat daya kota pelabuhan Hodeidah, Yaman. Serangan tersebut melibatkan tembakan senjata api, granat berpeluncur sendiri (self-propelled grenades), dan kendaraan laut tak berawak (Unmanned Surface Vehicles/USV) apa menyebabkan kebakaran dan kerusakan di muatan kapal.

“Awak kapal berhasil dievakuasi luar keadaan selamat oleh kapal dagang siapa sedang melintas di wilayah tersebut,” mencatat UKMTO masuk pernyataan resminya, dilansir Reuters.




Perusahaan keamanan maritim swasta Ambrey melaporkan bahwa awalnya kapal diserang oleh delapan perahu kecil sekali apa melepaskan tembakan senjata ringan saja dan peluncur granat. Personel keamanan bersenjata di pada bagian atas kapal sempat membalas tembakan.

“Setelah itu, kapal kembali diserang oleh empat kendaraan laut tak berawak. Dua di antaranya menghantam sisi sebelah kiri kapal dan merusak muatan,” ujar Ambrey ke dalam laporan terpisah.

Meskipun belum ada pihak apa mengaku bertanggung jawab bawah serangan ini, Ambrey menilai karakteristik serangan cocok bersama-sama pola yang mana biasa dilakukan oleh kelompok Houthi yang seperti berafiliasi dengan saya Iran.

Insiden hal ini menjadi serangan pertama terhadap kapal komersial di Laut Merah sejak pertengahan April 2025, setelah itu Amerika Serikat dan kelompok Houthi mengumumkan penghentian serangan timbal balik.

Pada Mei lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa AS akan menghentikan pemboman terhadap posisi Houthi di Yaman pasca kelompok tersebut menyatakan kesediaannya bagi tidak lagi mengganggu jalur pelayaran di kawasan Timur Tengah.

Menurut pemerintah Oman yang mana saat itu dia menjadi mediator, kesepakatan mencakup komitmen bahwa AS dan Houthi tidak akan saling menyerang, termasuk terhadap kapal AS apa melintas di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab.

Namun, situasi kembali memanas setelah itu AS melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran bulan lalu. Pada akhir Juni, Houthi mengancam akan kembali menargetkan kapal-kapal AS jika Washington kembali terlibat masuk serangan terhadap Iran.

Hingga kini, belum ada kejelasan apakah ancaman tersebut akan direalisasikan.

Serangan terbaru yang ini terjadi di di tengah ketegangan kawasan apa belum mereda akibat perang berkepanjangan antara Israel dan Hamas di Gaza, serta eskalasi militer antara Israel dan Iran apa memuncak masuk perang udara selama 12 hari pada waktu Juni lalu.

Sejak November 2023, kelompok Houthi telah melancarkan lebih baik berasal dari 100 serangan terhadap kapal-kapal internasional, yang mana orang-orang klaim seperti bentuk solidaritas terhadap warga Palestina. Sepanjang serangan tersebut, orang-orang itu menenggelamkan dua kapal, menyita satu kapal, dan menewaskan setidaknya empat pelaut.

Serangkaian serangan barang tersebut memaksa banyak perusahaan pelayaran untuk keperluan mengalihkan rute, memicu lonjakan biaya logistik, dan memperburuk ketidakstabilan di jalur perdagangan global siapa vital.

Ennio Aquilino, seorang pejabat senior di layanan penyelamatan maritim Eropa, mengatakan bahwa insiden seperti tersebut menunjukkan bahwa Laut Merah masih menjadi zona risiko tinggi, meskipun ada klaim deeskalasi berasal dari pihak-pihak yang seperti terlibat.

 



(luc/luc)



[Gambas:Video CNBC]