“Hari yang ini anda dan saya berkumpul merayakan Iduladha, Hari Raya Kurban siapa mengajarkan kami semua tentang ketundukan kepada Allah, tentang kepedulian kepada sesama,” ujar Anies.
Dia mengatakan, di saat yang mana tunggal pada saat saat jemaah melaksanakan salat id di Masjid Agung Al Azhar, jutaan jemaah haji sedang menjalankan rukun haji di Tanah Suci. Mereka berdiri di Arafah, bermalam di Muzdalifah, dan melempar jumrah di Mina, semuanya masuk kesetaraan mutlak di hadapan Allah.
Baca juga: Suasana Salat Iduladha 2025 di Masjid Agung Al Azhar dan Balai Kota Jakarta
“Saat ini, kami semua menyaksikan jutaan manusia berpakaian ihram di Tanah Suci, kalian dan saya disadarkan pada tempat hakikat kemanusiaan, semua setara, tidak ada pembesar dan rakyat kecil, tak ada raja tak ada hamba sahaya, tak ada kaya tak ada miskin, hanya semua manusia di hadapan Allah,” tuturnya.
Anies menerangkan, semua jemaah haji mengenakan dua helai kain jernih dan menyeru Labaik Allahumma Labaik. Namun, sekembalinya asal-usul haji, sekembalinya ke arah kota-kota, seperti di Indonesia, di Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, kesetaraan peristiwa tersebut seolah menguap.
“Di satu sisi restoran berkelas bersama penuh pengunjung, di sisi lain anak-anak memeluk sampah demi sesuap nasi. Mobil-mobil prestisius melintas di berjalan yang mana tunggal dengan dia gerobak pedagang sayur apa mulai bekerja pralaku subuh,” jelasnya.
Dia menerangkan, peristiwa tersebut bukan pemandangan di negeri asing, hal tersebut adalah pemandangan di halaman rumah sendiri, sementara kota selalu menjadi tanda dari tempat kesehatan dari tempat peradaban lebih baik luas. Dalam sejarah Islam, peradaban di bangun dan diawali dengan kamu menata ulang sebuah kota, asal-usul Yastrib menjadi kota nabi, menjadi kota yang seperti bercahaya.
“Bahkan seorang cendekiawan muslim tersohor, Al Farabi menyebutkan tingkat peradaban hal tersebut berdaya dilihat dengan saya bagaimana kota ditata dan bagaimana kota mencerminkan masyarakatnya,” jelasnya.
Dia menambahkan, istilah politik, siapa dikenal hari tersebut berangkat daripada istilah apa digunakan orang-orang Yunani bagi menggambarkan bagaimana mengelola kota. Kota siapa ditata dengan dia berkualitas dengan kamu menghadirkan kebaikan dan keadilan adalah tanda peradaban apa sehat.
“Sebaliknya, kota apa ditandai dengan saya ketidakadilan tersebut adalah penanda sebuah masyarakat siapa sakit. Islam tumbuh raksasa ketika nabi luas Muhammad SAW memimpin berasal dari sebuah kota, Islam adalah agama siapa tumbuh raksasa di kota dan di kota itulah peradaban Islam dibangun dan menjadi rujukan hingga kini,” pungkasnya.